Layar komputer tampak melebar dan buram
Jari-jari tangan melangkah di atas keyboard
Namun pikiran membuat tangan berhenti melangkah
Menunggu pesan yang dikirim dari jaringan otak
Hati gemas ingin berkata
Namun sayang hati tak punya mulut
Hanya mampu merasakan
Dalamnya suatu ungkapan
Mulut hanya mampu menunggu perintah
Untuk mengucapkan satu patah kata
Namun begitu berat terucap
Jika hati tidak mengizinkan...
Apakah gerangan yang ingin disampaikan otak dan hati?
Apakah diskusi kalian sudah selesai?
Dapatkan jari jemari ini melangkah sekarang?
Ataukah harus tertunda lagi?
Aku tidak mengetahui apa yang sedang terjadi denganmu namun aku mencoba meraba hati dan pkiranku, karena apa yang telah aku lakukan mungkin telah benyak mengganggumu, sehingga kau mulai bosan dengan segala tingkahku dan kehadiranku dalam hidupmu...
Mungkin kau bisa berlaku kasar dengan sikap keegoisanmu, tapi sungguh,,,aku tidak dapat menyimpan apa yang sudah kamu lakukan dari sikap kasarmu, aku hanya mampu berhusnudzan bahwa dirimu telah merasakan kejenuhan yang sangat over load, sehingga untuk mendengar ucapanku saja, kau sangat berat hati...
Aku mungkin bisa fahami maksud sikapmu, tapi tidak bagi jiwaku yang mudah melemah...
Kau bisa memperlakukan aku salayaknya kemarahan telah menguasaimu, namun aku berharap tidak semua orang dapat kau perlakukan seperti itu...
Hidup tak selamanya akan bahagia dirasa, tapi justru ujian dan aral melintang itulah yang menjadikan manusia lebih bisa dewasa untuk mengendalikan diri. Dan kebanyakan manusia-manusia yang sukses itu berawal dari ujian yang datang menderanya, mereka itulah yang mampu menghasilkan karya-karya yang indah, karena mereka menciptakan karya itu bukan hanya dengan pikirannya, melainkan hatinyapun turut serta berkarya, seperti AlMutanabbiy.
Beliau mengeluarkan kata-kata bijaknya yang mampu menggugah hati orang yang membacanya ataupun mendengarnya tatkala dia terpanggang demam yang dideritanya....
Begitu banyak aku dapati karya-karya yang indah, baik berupa lukisan ataupun rangkaian kata, namun tidak semua yang aku dapati itu mampu menggugah hatiku, kecuali mereka yang menghasilkannya dari hati nuraninya, karena biarpun hati tak mampu bicara, namun ekspresi yang dihasilkannya begitu sangat dahsyat memberi pengaruh buat orang lain...
Ingin aku sampaikan rasa terima kasihku kepdamu, yang telah mau melatih jiwa yang bodoh ini, untuk tetap bertahan menerima ketidak senangannya...Hatur maaf jika tulisanku ini membuat kau menjadi semakin tak berkenan, tapi aku terpaksa menyampaikannya karena aku tak ingin orang lain tersakiti hanya karena sikap yang tak terkontrol....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Maaf karena terpaksa harus mengetuk pintumu yang kesekian.
BalasHapusMasih mencoba menyingkap tabir perjalanan yang pernah tertempuh, dan mencoba mengingat khilaf yang sering terabaikan.
Kuawali semuanya dengan keagungan nama Rabb kita 'Azza wa Jalla.
Dan aku masih ingat ketika pertama kali memanggilmu 'dek'...
Perasaan hangat menyelimuti qalbu.
Seperti ada sesuatu.
Dan aku pun mengenang naik turunnya perjalanan kita.
Mungkin benar katamu, bahwa kita terkadang berdiri di atas ego masing-masing.
Ego yang tidak mudah dimengerti oleh selain kita. Dan kadang menjadi tidak terkendali.
Inilah, khilaf yang pertama kusadari.
Tidak jarang aku lemah dalam menyusun kata-kata, sehingga merubah makna penyampaianku sendiri.
Dan orang mulai berimajinasi dengan fikirannya sendiri.
Terima kasih sudah mengingatkanku dan jiwa yang terlupa.
Semoga Allah memaafkan khilaf yang pernah terselip di setapak jalan hidup ini, dan menggantinya dengan istiqomah yang tiada henti.
Allahul musta'an.