Ukiran Dari Ketulusan

Untuk yang Terkasih...

Walau sayap cintaku telah terobekkan...aku,tetaplah aku. Yang hanya ingin mencintaimu dengan kesederhanaanku tanpa pernah kusisipi sebuah hiasan yang akan mengecewakanmu kelak...Cinta ini bagiku adalah aliran darahku, yang tak ingin aku hentikan...Ingin aku selalu menjaganya....Sepenggal puisi cinta tertuliskan atas dasar ketulusan, terukir dalam penghayatan, dan khidmat mencoba menelisik makna...

Sang kekasih tak lagi dalam kedamaian cintaku...rengkuhan kasih sayang ini hambar sudah...berlalu tanpa permisi, jika semua hanya untuk-Nya, tanyapun melintas, pikiran bekerja, imajinasi melayang...tak teungkap jelas akan sebuah kisah....

Deritanya adalah derita yang tak terbandingkan...mutiara hikmah hingga sanggup...bisakah atau hanya terhempas tanpa makna...



~Rahima~, yang terlahir dengan cinta kasih

8 komentar:

  1. mampir ya bu...

    puisi yang indah, dan yang menggambarkan suasana hati gw yang lagi merindukan some one ^----^

    BalasHapus
  2. Terkadang insan berbuat alpa
    sehingga tak jarang membuat luka.

    Terkadang insan enggan terbuka
    sehingga semua terkurung dalam iga.

    Terkadang insan lupa
    pada kebesaran dan kemurahan Rabb-nya.

    Disini, aku berharap...

    Tengoklah aku sejenak,
    ketika engkau hendak kembali pada pembaringan,
    walau hanya sekedar salam.

    Ingatlah aku sejenak,
    ketika engkau berhenti di simpang hari,
    walau hanya sekedar senyuman.

    Percayalah padaku sejenak,
    ketika firasat bicara tak enak,
    walau semua mengganggukkan kepala.

    Jika tidak...
    Maka izinkan aku berkata untuk yang terakhir kalinya,
    "Maafkan aku karena sudah sayang padamu..."

    ***

    (The Forgotten)

    BalasHapus
  3. @ anonim

    Maafkan aku juga, karena aku tak mengenalmu...jadi gimana aku mau memberi maaf...?

    BalasHapus
  4. "Maafkan aku juga, karena aku tak mengenalmu...jadi gimana aku mau memberi maaf...?"
    ***

    Sungguh benar kata mereka,
    Orang asing akan tetap menjadi orang asing.
    Orang asing tidak akan pernah jadi sahabat,
    dan tidak juga kerabat.

    Sekalipun pernah bertemu disimpang jalan,
    dan berpisah tanpa jejak atau bayang,
    aku akan selalu mengingatmu,
    sebaik adik dan saudariku,
    meskipun engkau enggan mengakuiku.

    Mungkin ada yang salah dengan masa lalu kita,
    tapi biarlah semua jadi hikmah.

    Aku do'akan kebaikan dan kebahagiaanmu.
    Semoga Allah melapangkan qulub-qulub yang sempit oleh bisikan syaithan.
    Dan semoga Allah mencintaimu, aku, keluarga kita dan seluruh kaum muslimin.

    Ma'a salamah.

    BalasHapus
  5. @ Anonim

    Kemana kak Rahma yang ima kenal dulu...? yang selalu menaruh rasa husnudzan pada sesama,...terserah kakak beranggapan apa aja jika seperti itu...

    Syukran...

    BalasHapus
  6. Adikku...

    Kak Rahmamu itu masih tetap ada...
    Kakak selalu khusnudzan kepadamu...
    Dan rasa sayangku padamu juga masih disitu,
    di tempat yang dulu.

    Aku ingin merengkuhmu seperti yang dulu.
    Seperti dulu...

    Engkau meminta aku mengertikanmu bukan..?
    Aku sudah mengertikanmu dengan pemahamanku.
    Sungguh... aku sangat mencoba untuk mengertikan keadaanmu dan semua yang ada padamu.
    Tapi, mungkin ada yang salah dengan pemahamanku.

    Engkau tahu adikku...
    Kita tidak banyak bicara sejak surat terakhirku padamu.
    Engkau tiba-tiba menjauhiku...
    Engkau memintaku untuk tidak menganggapmu lagi...

    Tolong beri aku pemahaman atas semua itu...
    Karena sampai sekarang pun aku masih tidak faham.

    Adikku...
    Banyak yang sudah aku lewati.
    Banyak pula yang sudah aku sakiti.
    Aku tidak ingin menyakiti engkau.
    Sungguh... Demi Dzat yang menguasai langit, bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya...
    Aku tidak pernah ingin menyakiti hatimu...
    Tidak pernah...
    Tidak sekalipun...

    Sekali saja, adikku...
    Sekali saja...
    Kita bisa bicarakan tentang semuanya lagi.
    Karena apa yang kita telah lewati,
    hanya kita yang ketahui.
    Jangan masukkan orang lain didalam sini.
    Karena mereka belum tentu bisa fahami,
    apa yang terjadi.

    Jadi, kita bisa kembali seperti sedia kala,
    biidznillah.

    Pembicaraan kita semalam memang tidak pada tempatnya,
    dan bukan pada waktunya.

    Adikku...
    Yang engkau masih mengingatku juga sebagai kakakmu.
    Beri aku isyarat sehingga aku bisa membaca firasat.
    Beri aku satu saja isyarat...
    Jadi aku bisa coba memperbaiki keadaan.

    Antadzir huna.

    BalasHapus
  7. Mengapa harus di ruang umum seperti ini kita bicara sesuatu yang sifatnya privat? Ima mempunyai alamat email dan juga no. Hp, engkaupun pasti mengetahuinya, wahai kakakku...?

    Kakakku...engkau mengatakan telah mengerti diri ima segalanya, mungkin saja, tapi ada satu yang belum pernah kakak mengerti akan ima, yang ima tak sanggup membukanya di ruang bebas ini...Badai itu tak selamanya terjadi, namun begitu panjang ima lewati segalanya, entah dengan sabarkah atau bahkan dengan kesal (na'udzubillah) hanya Allahlah A'lam 'ala kulli haal...termasuk apa yang terjadi pada diri ima ini. Tapi kakak ga perlu mengkhawatirkan diri ima, karena itu akan menyiksa dirimu sendiri

    Bersyukurlah apa yang ada pada dirimu wahai kakakku...dengan nikmat ar-Rahman yang luas itu...

    ~Rahima~ (jiwa yang sarat akan kelemahan)

    BalasHapus
  8. Asslamu'alikum, tok____tok___boleh aku menyapamu, duhai kawan terbaikku

    Lama tak pernah lagi kudengar cerita tentangmu, aku selalu menanti ajakanmu untuk mendengarkan tenangmu kendati hanya dengan sebuah enyum indah wajahmu, sudah lama pula ak kudengar rengekan manjamu padaku yang selalu ingin memanjakanmu dengan kemampuan yang aku miliki.

    Apakah aku telah dilupakan oleh dirimu, aku dengar dari kawan" yang biasa akrab denganmu, mereka banyak yang mengatakan 'Ima sekarang tidak lagi ima yang dulu, ketika pertama kali kami kenal'dan lainnya, yang serupa dengan kalimat itu.

    Kenapa dan apa yang membuatmu berubah,sobat??!!!

    BalasHapus

tinggalkan kesan yah kawan-kawan